LAPORAN PRAKTIKUM
Hidrolisis
Garam dan Larutan Penyangga
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018

Disusun
oleh :
Widyani Putri
XI MIA E / 34
Kelompok 1
1.
Faizal
Rahmadi A (11)
2.
Farhana
Maulida H (12)
3.
Haris
Surya H (15)
4.
Nelatun
Inayah (24)
5.
Widyani
Putri (34)
PERCOBAAN
1
HIDROLISIS
GARAM
I.
Tujuan
Menentukan sifat
larutan garam di dalam air.
II.
Dasar Teori
Hidrolisis adalah reaksi
kimia yang memecah molekul
air
(H2O) menjadi kation
hidrogen
(H+) dan anion
hidroksida
(OH−) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan
untuk memecah polimer
tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi
tumbuh bertahap (step-growth polimerization).
Kata "hidrolisis" berasal dari bahasa
Yunani hydro "air" dan lysis
"pemisahan".
Jika kita melarutkan suatu garam ke
dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1. Ion-ion yang berasal dari asam lemah
(misalnya CH3COO–, CN–, dan S2–) atau ion-ion
yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan
Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya
hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk membentuk
asam atau basa asalnya. Contoh:
CH3COO– + H2O ⎯⎯→ CH3COOH + OH–
2. Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya
Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+,
K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini
dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam
atau basa asalnya.
Contoh :
Na+ + H2O ⎯⎯→ tidak terjadi reaksi
- Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah.
- Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
Jika suatu senyawa asam dan basa
bereaksi maka akan menghasilkan garam. Nah, garam ini bisa bersifat netral
maupun cenderung asam/basa, tergantung pada senyawa asam/basa yang direaksikan.
Dalam percobaan ini, kita akan mencoba mengetahui sifat – sifat dari garam yang
dihasilkan dari proses hidrolisis.
III.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Pipet
tetes
2. Plat
tetes
b. Bahan
1. Larutan
NaCl 1M
2. Larutan
CH3COONa 1M
3. Larutan
NH4Cl 1M
4. Larutan
(NH4)2SO4
5. Larutan
Al2(SO4)3 1M
6. Larutan
Na2SO4 1 M
7. Larutan
Na2CO3 1M
8. Kertas
lakmus merah dan biru
IV.
Cara Kerja
1. Menyiapkan
plat tetes dan meletakkan potongan kertas lakmus merah dan biru pada setiap
lekukan.
2. Meneteskan
kertas lakmus pada lekukan satu dengan larutan NaCl, dan seterusnya sampai
semua larutan teruji dengan kertas lakmus.
3. Mengisi
tabel pengamatan
V.
Hasil Pengamatan
Larutan
Garam
|
Basa
pembentuk
|
Asam
pembentuk
|
Sifat
|
||
Rumus
kimia
|
Kuat
/ lemah
|
Rumus
kimia
|
Kuat
/ lemah
|
||
NaCl
|
NaOH
|
Kuat
|
HCl
|
Kuat
|
Netral
|
CH3COONa
|
NaOH
|
Kuat
|
CH3COOH
|
Lemah
|
Basa
|
NH4Cl
|
NH4OH
|
Lemah
|
HCl
|
Kuat
|
Asam
|
(NH4)2SO4
|
NH4OH
|
Lemah
|
H2SO4
|
Kuat
|
Asam
|
Al2(SO4)3
|
Al(OH)3
|
Lemah
|
H2SO4
|
Kuat
|
Asam
|
Na2SO4
|
NaOH
|
Kuat
|
H2SO4
|
Kuat
|
Netral
|
Na2CO3
|
NaOH
|
Kuat
|
H2CO3
|
Lemah
|
Basa
|
VI.
Pembahasan
Sebelum
membahas percobaan di atas lebih lanjut. Kita perlu tahu mana yang termasuk
asam kuat dan basa kuat.
Asam
kuat hanya ada 6 senyawa yaitu H2SO4, HCl, HNO3,
HI, HBr, dan HClO4. Sedangkan yang termasuk dalam basa kuat adalah
semua basa logam alkali dan basa logam alkali tanah kecuali Be(OH)2.
Larutan
pertama yang kami gunakan adalah NaCl. Seperti yang kita tahu, asam dan basa
pembentuk NaCl adalah NaOH dan HCl. Keduanya sama – sama asam dan basa kuat
sehingga garam yang dihasilkan adalah netral.
Kedua,
CH3COONa adalah garam yang terbentuk dari CH3COOH dan
NaOH, yang merupakan asam lemah dan basa kuat sehingga garam yang dihasilkan
bersifat basa.
Ketiga,
yaitu NH4Cl yang terbentuk dari asam kuat (HCl) dan basa lemah (NH4OH)
sehingga garam yang dihasilkan bersifat asam.
Keempat
adalah (NH4)2SO4, terbentuk dari asam kuat (H2SO4)
dan basa lemah (NH4OH) sehingga garam yang dihasilkan bersifat asam.
Kelima,
Al2(SO4)3 terbentuk dari asam kuat (H2SO4)
dan basa lemah Al(OH)3 sehingga menghasilkan garam yang bersifat
asam.
Selanjutnya
Na2SO4, garam ini bersifat netral karena terbentuk dari
asam dan basa kuat yaitu H2SO4 dan NaOH.
Yang
terakhir adalah Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa
karena terbentuk dari NaOH (basa kuat) dan H2CO3
(asam lemah).
VII.
Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan :
a. Berdasarkan
percobaan di atas, kesimpulan apa yang dapat Anda ambil tentang sifat larutan
garam di dalam air.
Jawab :
Setelah
melakukan kegiatan di atas, kami dapat beberapa kesimpulan antara lain :
· Apabila
asam kuat direaksikan dengan basa kuat, maka akan menghasilkan garam yang
bersifat netral (pH = 7)
· Apabila
asam Kuat direaksikan dengan basa lemah, maka garam yang dihasilkan akan
bersifat asam.
· Apabila
asam lemah direaksikan dengan basa kuat, maka akan menghasilkan garam yang
bersifat asam.
· Apabila
yang direaksikan adalah asam lemah dan basa lemah maka sifat garam yang
dihasilkan ditentukan oleh tetapan asam (Ka) atau tetapan basa (Kb).
Ø Jika
Ka > Kb maka garam akan bersifat asam.
Ø Jika Ka = Kb maka garam bersifat netral.
Ø Jika
Ka < Kb maka garam bersifat basa
b. Adakah
hubungan antara asam dan basa pembentuk garam dengan sifat larutan garam dalam
air? Jelaskan!
Jawab : Ada, karena
yang menentukan sifat larutan garam adalah asam dan basa pembentuknya, dimana
larutan yang lebih kuat akan lebih mendominasi sifat dari garam yang
dihasilkan.
VIII.
Kesimpulan
Sifat garam yang dihasilkan dari
proses hidrolisis bergantung pada konsentrasi asam dan basa yang direaksikan.
PERCOBAAN
2
LARUTAN
PENYANGGA
I.
Tujuan
-
Menjelaskan pengertian larutan penyangga
-
Membedakan larutan penyangga dan bukan
penyangga berdasarkan sifatnya.
II.
Dasar Teori
Larutan
penyangga
adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan agar
tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.
Dalam
kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi
asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem
biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat
bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain,
jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut,
maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada
suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk
mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini
terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat
“penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan
kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.
Larutan
penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang
industri, juga banyak digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating
(penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis
obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Larutan
penyangga memiliki dua komponen, yaitu larutan penyangga asam dan larutan
penyangga basa.
Larutan
buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam. Larutan buffer asam terdiri
dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A−). Larutan
seperti ini dapat diperoleh dengan:
1. Mencampurkan asam lemah (HA) dengan
garam basa konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A−)
2.
Mencampurkan suatu asam lemah dalam
jumlah berlebih dengan suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam
basa konjugasi dari asam lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH
dan CH3COO−
Sedangkan, Larutan buffer basa mempertahankan pH pada
suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah
(B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh
dengan:
1.
Mencampurkan basa lemah (B) dengan
garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
2.
Mencampurkan suatu basa lemah dalam
jumlah berlebih dengan suatu asam kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam
asam konjugasi dari basa lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan
NH4+
III. Alat
dan Bahan
a. Alat
1. Erlenmeyer
100 cm3 2 buah
2. Pipet
tetes 2
buah
3. Gelas
ukur 50 cm3 2 buah
4. Tabung
reaksi sedang 6 buah
5. Rak
tabung reaksi 1 buah
b. Bahan
1. Larutan
HCl 0,1 M
2. Larutan
NaOH 0,1 M
3. Larutan
CH3COOH 0,1 M
4. Larutan
CH3COONa 0,1 M
5. Larutan
NH4Cl 0,1 M
6. Larutan
NH3 0,1 M
7. Indikator
universal
8. Akuades
IV. Cara
Kerja
a. Menyiapkan
6 tabung reaksi dan menandainya dengan nomor 1 sampai 6. Mengisi tabung reaksi
1 dan 2 masing – masing dengan 2 mL akuades, kemudian tetesi dengan 2 tetes
indikator universal.
b. Pada
tabung pertama, tambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan warna. Kemudian mencatat jumlah tetes yang digunakan pada tabel
pengamatan.
c. Pada
tabung kedua, tambahkan larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan warna. Kemudian mencatat jumlah tetes yang digunakan pada tabel
pengamatan.
d. Mengisi
tabung reaksi 3 dan 4 masing – masing dengan campuran 1 mL larutan CH3COOH 0,1
M dan 1 Ml larutan CH3COONa 0,1 M. Kemudian menetesi masing – masing campuran
dengan 2 tetes indikator universal.
e. Pada
tabung ketiga, tambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan warna yang sama dengan tabung nomor 1. Kemudian mencatat jumlah tetes
yang digunakan pada tabel pengamatan.
f. Pada
tabung ketiga, tambahkan larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi
perubahan warna yang sama dengan tabung nomor 2. Kemudian mencatat jumlah tetes
yang digunakan pada tabel pengamatan.
g. Mengisi
tabung nomor 5 dan 6 masing – masing dengan campuran larutan NH3 o,1 M dan
NH4CL 0,1 M. Tetesi masing – masing dengan 2 tetes indikator universal.
h. Lakukan
seperti langkah € dan (f) terhadap tabung nomor 5 dan 6.
V.
Hasil Pengamatan
No.
Tabung
|
Isi
Tabung
|
Ion
yang terdapat dalam tabung
|
Larutan
yang ditambahkan
|
Volume
yang diperlukan sampai warna berubah
|
1.
|
Akuades
+ HCl
|
H+
+ Cl-
|
HCl
|
5
tetes
|
2.
|
Akuades
+ NaOH
|
Na+
+ OH-
|
NaOH
|
5
tetes
|
3.
|
CH3COOH
+ CH3COONa
+ HCl
|
CH3COO-
+ H+ + Na+ + Cl-
|
HCl
|
15
tetes
|
4.
|
CH3COOH
+ CH3COONa + NaOH
|
CH3COO-
+ H+ + Na+ + OH-
|
NaOH
|
8
tetes
|
5.
|
NH3
+ NH4Cl + HCl
|
NH4+
+ Cl- + H+
|
HCl
|
8
tetes
|
6.
|
NH3
+ NH4Cl + NaOH
|
NH4+
+ Cl- + Na+ + OH-
|
NaOH
|
12
tetes
|
VI. Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami
menggunakan beberapa larutan untuk dicampurkan sebagai larutan yang akan diuji
dan larutan HCl serta NaOH sebagai larutan yang ditambahkan.
Pada tabung 1, larutan akuades kami
campurkan dengan HCl baru selanjutnya kami tambahkan larutan HCl lagi setelah
diteteskan indicator universal. Hasilnya adalah larutan berubah warna setelah
tetes ke lima, sehingga kami menyimpulkan larutan ini bukan merupakan larutan
penyangga. Sama halnya dengan tabung 2, hanya saja kami menggunakan NaOH,
hasilnya larutan berubah setelah tetesan ke lima. Maka, kami simpulkan larutan
pada tabung 2 juga bukan merupakan larutan penyangga.
Untuk tabung 3 dan 4 kami menggunakan
CH3COOH dan CH3COONa untuk kemudian masing - masing dicampurkan dengan HCl dan
NaOH. Setelah diteteskan indikator universal lalu kami tambahkan lagi masing –
masing tabung dengan HCl dan NaOH, tabung 3 berubah warna pada tetesan ke-15
sedangkan tabung 4 berubah ditetesan ke-8. Sehingga, kami simpulkan jika
keduanya adalah larutan penyangga.
Sama halnya dengan tabung 3 dan 4, pada
tabung 5 dan 6 juga kami berikan perlakuan yang sama hanya saja menggunakan
larutan yang berbeda yaitu NH3 dan NH4Cl. Tabung ke 5 berubah warna setelah
tetesan ke delapan dan tabung 6 berubah setelah tetesan ke-12 sehingga kami
simpulkan jika keduanya adalah larutan penyangga.
Bahan diskusi :
1. Sistem
yang dapat menjaga agar nilai pH suatu larutan relatif tetap disebut larutan
penyangga atau buffer. Arti penyangga secara umum adalah menahan agar suatu
kondisi tidak mengalami perubahan secara mencolok. Dari perccobaan tersebut, campuran
manakah yang berperan sebagai sistem
penyangga?
Jawab :
Campuran di dalam tabung nomor 3, 4, 5, dan 6 merupakan
larutan penyangga. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya tetesan yang diperlukan
keempat larutan ini lebih banyak daripada campuran dalam tabung 1 dan 2.
2. Berdasarkan
hasil pengamatan tersebut, larutan pada tabung nomor berapakah yang nilai pH
nya sukar berubah? Larutan yang nilai pHnya sukar berubah merupakan larutan
penyangga.
Jawab :
Larutan pada tabung nomor 3, 4, 5, dan 6 merupakan larutan
penyangga karena pH nya sukar berubah.
3. Ion
– ion manakah dalam larutan tersebut yang berfungsi sebagai penyangga?
Jelaskan!
Jawab :
Ion yang berfungsi sebagai larutan penyangga adalah CH3COO-
pada tabung 3 dan 4 serta NH4+ pada tabung 5 dan 6.
VII. Kesimpulan
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang
dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang
berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran.
Suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan
penyangga jika dapat mempertahankan nilai pH suatu larutan. Hal ini ditandai
dengan warna larutan yang sukar berubah setelah ditambahkan larutan lain
(setelah ditetesi indikator universal).
Daftar
Pustaka
Erlangga
: Sudarmo, Unggul. 2013. Kimia 1 untuk
SMA/MA Kelas X
Istana Media : Rahmawati, Kurnia Ayu.
2015. Rumus dan Materi SMA/MA Super
Lengkap
Diakses pada Sabtu, 2 Desember 2017
pukul 8.35 dari https://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/hidrolisis-garam/
Diakses pada Sabtu, 2 Desember 2017
pukul 9.17 WIB dari http://www.studiobelajar.com/larutan-penyangga/