Minggu, 03 Desember 2017

Laporan Praktikum Hidrolisis Garam dan Penyangga

Haiiii... ini laprak baru aku selesein malem ini dan iseng aja sih pengen posting, hehe..



LAPORAN PRAKTIKUM
Hidrolisis Garam dan Larutan Penyangga
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Description: D:\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20170124-WA0012.jpg

Disusun oleh :
Widyani Putri
XI MIA E / 34
          Kelompok 1           
1.    Faizal Rahmadi A        (11)
2.    Farhana Maulida H      (12)
3.    Haris Surya H              (15)
4.    Nelatun Inayah            (24)
5.    Widyani Putri              (34)


PERCOBAAN 1
HIDROLISIS GARAM
                I.            Tujuan
Menentukan sifat larutan garam di dalam air.
            II.            Dasar Teori
Hidrolisis adalah reaksi kimia yang memecah molekul air (H2O) menjadi kation hidrogen (H+) dan anion hidroksida (OH) melalui suatu proses kimia. Proses ini biasanya digunakan untuk memecah polimer tertentu, terutama yang dibuat melalui polimerisasi tumbuh bertahap (step-growth polimerization). Kata "hidrolisis" berasal dari bahasa Yunani hydro "air" dan lysis "pemisahan".
Jika kita melarutkan suatu garam ke dalam air, maka akan ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu:
1.     Ion-ion yang berasal dari asam lemah (misalnya CH3COO, CN, dan S2) atau ion-ion yang berasal dari basa lemah (misalnya NH4+, Fe2+, dan Al3+) akan bereaksi dengan air. Reaksi suatu ion dengan air inilah yang disebut hidrolisis. Berlangsungnya hidrolisis disebabkan adanya kecenderungan ion-ion tersebut untuk membentuk asam atau basa asalnya. Contoh:
CH3COO– + H2O ⎯⎯→ CH3COOH + OH–
2.      Ion-ion yang berasal dari asam kuat (misalnya Cl–, NO3–, dan SO42–) atau ion-ion yang berasal dari basa kuat (misalnya Na+, K+, dan Ca2+) tidak bereaksi dengan air atau tidak terjadi hidrolisis. Hal ini dikarenakan ion-ion tersebut tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk asam atau basa asalnya.
 Contoh :                      
Na+ + H2O ⎯⎯→ tidak terjadi reaksi
  • Hidrolisis hanya dapat terjadi pada pelarutan senyawa garam yang terbentuk dari ion-ion asam lemah dan ion-ion basa lemah.
  • Jadi, garam yang bersifat netral (dari asam kuat dan basa kuat) tidak terjadi hidrolisis.
Jika suatu senyawa asam dan basa bereaksi maka akan menghasilkan garam. Nah, garam ini bisa bersifat netral maupun cenderung asam/basa, tergantung pada senyawa asam/basa yang direaksikan. Dalam percobaan ini, kita akan mencoba mengetahui sifat – sifat dari garam yang dihasilkan dari proses hidrolisis.
       III.            Alat dan Bahan
a.     Alat
1.    Pipet tetes
2.    Plat tetes
b.    Bahan
1.    Larutan NaCl 1M
2.    Larutan CH3COONa 1M
3.    Larutan NH4Cl 1M
4.    Larutan (NH4)2SO4
5.    Larutan Al2(SO4)3 1M
6.    Larutan Na2SO4 1 M
7.    Larutan Na2CO3 1M
8.    Kertas lakmus merah dan biru
                            
      IV.            Cara Kerja
1.    Menyiapkan plat tetes dan meletakkan potongan kertas lakmus merah dan biru pada setiap lekukan.
2.    Meneteskan kertas lakmus pada lekukan satu dengan larutan NaCl, dan seterusnya sampai semua larutan teruji dengan kertas lakmus.
3.    Mengisi tabel pengamatan
           V.            Hasil Pengamatan
Larutan Garam
Basa pembentuk
Asam pembentuk
Sifat
Rumus kimia
Kuat / lemah
Rumus kimia
Kuat / lemah
NaCl
NaOH
Kuat
HCl
Kuat
Netral
CH3COONa
NaOH
Kuat
CH3COOH
Lemah
Basa
NH4Cl
NH4OH
Lemah
HCl
Kuat
Asam
(NH4)2SO4
NH4OH
Lemah
H2SO4
Kuat
Asam
Al2(SO4)3
Al(OH)3
Lemah
H2SO4
Kuat
Asam
Na2SO4
NaOH
Kuat
H2SO4
Kuat
Netral
Na2CO3
NaOH
Kuat
H2CO3
Lemah
Basa

      VI.            Pembahasan
Sebelum membahas percobaan di atas lebih lanjut. Kita perlu tahu mana yang termasuk asam kuat dan basa kuat.
Asam kuat hanya ada 6 senyawa yaitu H2SO4, HCl, HNO3, HI, HBr, dan HClO4. Sedangkan yang termasuk dalam basa kuat adalah semua basa logam alkali dan basa logam alkali tanah kecuali Be(OH)2.
Larutan pertama yang kami gunakan adalah NaCl. Seperti yang kita tahu, asam dan basa pembentuk NaCl adalah NaOH dan HCl. Keduanya sama – sama asam dan basa kuat sehingga garam yang dihasilkan adalah netral.
Kedua, CH3COONa adalah garam yang terbentuk dari CH3COOH dan NaOH, yang merupakan asam lemah dan basa kuat sehingga garam yang dihasilkan bersifat basa.
Ketiga, yaitu NH4Cl yang terbentuk dari asam kuat (HCl) dan basa lemah (NH4OH) sehingga garam yang dihasilkan bersifat asam.
Keempat adalah (NH4)2SO4, terbentuk dari asam kuat (H2SO4) dan basa lemah (NH4OH) sehingga garam yang dihasilkan bersifat asam.
Kelima, Al2(SO4)3 terbentuk dari asam kuat (H2SO4) dan basa lemah Al(OH)3 sehingga menghasilkan garam yang bersifat asam.
Selanjutnya Na2SO4, garam ini bersifat netral karena terbentuk dari asam dan basa kuat yaitu H2SO4 dan NaOH.
Yang terakhir adalah Na2CO3 merupakan garam yang bersifat basa karena terbentuk dari NaOH (basa kuat) dan H2CO3 (asam lemah).
  VII.            Jawaban Pertanyaan
Pertanyaan :
a.     Berdasarkan percobaan di atas, kesimpulan apa yang dapat Anda ambil tentang sifat larutan garam di dalam air.
Jawab :
Setelah melakukan kegiatan di atas, kami dapat beberapa kesimpulan antara lain :
·       Apabila asam kuat direaksikan dengan basa kuat, maka akan menghasilkan garam yang bersifat netral (pH = 7)
·       Apabila asam Kuat direaksikan dengan basa lemah, maka garam yang dihasilkan akan bersifat asam.
·       Apabila asam lemah direaksikan dengan basa kuat, maka akan menghasilkan garam yang bersifat asam.
·       Apabila yang direaksikan adalah asam lemah dan basa lemah maka sifat garam yang dihasilkan ditentukan oleh tetapan asam (Ka) atau tetapan basa (Kb).
Ø Jika Ka > Kb maka garam akan bersifat asam.
Ø  Jika Ka = Kb maka garam bersifat netral.
Ø Jika Ka < Kb maka garam bersifat basa
b.    Adakah hubungan antara asam dan basa pembentuk garam dengan sifat larutan garam dalam air? Jelaskan!
Jawab : Ada, karena yang menentukan sifat larutan garam adalah asam dan basa pembentuknya, dimana larutan yang lebih kuat akan lebih mendominasi sifat dari garam yang dihasilkan.
VIII.            Kesimpulan
Sifat garam yang dihasilkan dari proses hidrolisis bergantung pada konsentrasi asam dan basa yang direaksikan.



PERCOBAAN 2
LARUTAN PENYANGGA
I.                Tujuan
-         Menjelaskan pengertian larutan penyangga
-         Membedakan larutan penyangga dan bukan penyangga berdasarkan sifatnya.
II.            Dasar Teori
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran. Larutan ini disebut juga dengan larutan buffer atau dapar.  
Dalam kehidupan sehari-hari, terdapat berbagai reaksi kimia yang merupakan reaksi asam basa. Sebagai contoh, reaksi beberapa enzim pencernaan dalam sistem biologis. Enzim pepsin yang berfungsi memecah protein dalam lambung hanya dapat bekerja optimal dalam suasana asam, yakni pada sekitar pH 2. Dengan kata lain, jika enzim berada pada kondisi pH yang jauh berbeda dari pH optimal tersebut, maka enzim dapat menjadi tidak aktif bahkan rusak. Oleh karena itu, perlu ada suatu sistem yang menjaga nilai pH di mana enzim tersebut bekerja. Sistem untuk mempertahankan nilai pH inilah yang disebut dengan larutan penyangga. Hal ini terjadi sebagaimana dalam larutan ini terdapat zat-zat terlarut bersifat “penahan” yang terdiri dari komponen asam dan basa. Komponen asam akan menahan kenaikan pH sedangkan komponen basa akan menahan penurunan pH.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses seperti fotografi, electroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit, sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah.
Larutan penyangga memiliki dua komponen, yaitu larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa.
Larutan buffer asam mempertahankan pH pada suasana asam. Larutan buffer asam terdiri dari komponen asam lemah (HA) dan basa konjugasinya (A). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
1.     Mencampurkan asam lemah (HA) dengan garam basa konjugasinya (LA, yang dapat terionisasi menghasilkan ion A)
2.     Mencampurkan suatu asam lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu basa kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam basa konjugasi dari asam lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO
Sedangkan, Larutan buffer basa mempertahankan pH pada suasana basa (pH > 7). Larutan buffer basa terdiri dari komponen basa lemah (B) dan basa konjugasinya (BH+). Larutan seperti ini dapat diperoleh dengan:
1.     Mencampurkan basa lemah (B) dengan garam asam konjugasinya (BHX, yang dapat terionisasi menghasilkan ion BH+)
2.     Mencampurkan suatu basa lemah dalam jumlah berlebih dengan suatu asam kuat sehingga bereaksi menghasilkan garam asam konjugasi dari basa lemah tersebut.
Contoh: larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+
III.       Alat dan Bahan
a.     Alat
1.    Erlenmeyer 100 cm3                  2 buah
2.    Pipet tetes                                   2 buah
3.    Gelas ukur 50 cm­3                      2 buah
4.    Tabung reaksi sedang                6 buah
5.    Rak tabung reaksi                      1 buah
b.     Bahan
1.    Larutan HCl 0,1 M
2.    Larutan NaOH 0,1 M
3.    Larutan CH3COOH 0,1 M
4.    Larutan CH3COONa 0,1 M
5.    Larutan NH4Cl 0,1 M
6.    Larutan NH3 0,1 M
7.    Indikator universal
8.    Akuades
IV.      Cara Kerja
a.     Menyiapkan 6 tabung reaksi dan menandainya dengan nomor 1 sampai 6. Mengisi tabung reaksi 1 dan 2 masing – masing dengan 2 mL akuades, kemudian tetesi dengan 2 tetes indikator universal.
b.    Pada tabung pertama, tambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna. Kemudian mencatat jumlah tetes yang digunakan pada tabel pengamatan.
c.     Pada tabung kedua, tambahkan larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna. Kemudian mencatat jumlah tetes yang digunakan pada tabel pengamatan.
d.    Mengisi tabung reaksi 3 dan 4 masing – masing dengan campuran 1 mL larutan CH3COOH 0,1 M dan 1 Ml larutan CH3COONa 0,1 M. Kemudian menetesi masing – masing campuran dengan 2 tetes indikator universal.
e.     Pada tabung ketiga, tambahkan larutan HCl 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna yang sama dengan tabung nomor 1. Kemudian mencatat jumlah tetes yang digunakan pada tabel pengamatan.
f.      Pada tabung ketiga, tambahkan larutan NaOH 0,1 M tetes demi tetes hingga terjadi perubahan warna yang sama dengan tabung nomor 2. Kemudian mencatat jumlah tetes yang digunakan pada tabel pengamatan.
g.     Mengisi tabung nomor 5 dan 6 masing – masing dengan campuran larutan NH3 o,1 M dan NH4CL 0,1 M. Tetesi masing – masing dengan 2 tetes indikator universal.
h.    Lakukan seperti langkah € dan (f) terhadap tabung nomor 5 dan 6.



V.           Hasil Pengamatan
No. Tabung
Isi Tabung
Ion yang terdapat dalam tabung
Larutan yang ditambahkan
Volume yang diperlukan sampai warna berubah
1.
Akuades + HCl
H+ + Cl-
HCl
5 tetes
2.
Akuades + NaOH
Na+ + OH-
NaOH
5 tetes
3.
CH3COOH + CH3COONa + HCl
CH3COO- + H+ + Na+ + Cl-
HCl
15 tetes
4.
CH3COOH + CH3COONa + NaOH
CH3COO- + H+ + Na+ + OH-
NaOH
8 tetes
5.
NH3 + NH4Cl + HCl
NH4+ + Cl- + H+
HCl
8 tetes
6.
NH3 + NH4Cl + NaOH
NH4+ + Cl- + Na+ + OH-
NaOH
12 tetes

VI.      Pembahasan
Pada percobaan kali ini, kami menggunakan beberapa larutan untuk dicampurkan sebagai larutan yang akan diuji dan larutan HCl serta NaOH sebagai larutan yang ditambahkan.
Pada tabung 1, larutan akuades kami campurkan dengan HCl baru selanjutnya kami tambahkan larutan HCl lagi setelah diteteskan indicator universal. Hasilnya adalah larutan berubah warna setelah tetes ke lima, sehingga kami menyimpulkan larutan ini bukan merupakan larutan penyangga. Sama halnya dengan tabung 2, hanya saja kami menggunakan NaOH, hasilnya larutan berubah setelah tetesan ke lima. Maka, kami simpulkan larutan pada tabung 2 juga bukan merupakan larutan penyangga.
Untuk tabung 3 dan 4 kami menggunakan CH3COOH dan CH3COONa untuk kemudian masing - masing dicampurkan dengan HCl dan NaOH. Setelah diteteskan indikator universal lalu kami tambahkan lagi masing – masing tabung dengan HCl dan NaOH, tabung 3 berubah warna pada tetesan ke-15 sedangkan tabung 4 berubah ditetesan ke-8. Sehingga, kami simpulkan jika keduanya adalah larutan penyangga.
Sama halnya dengan tabung 3 dan 4, pada tabung 5 dan 6 juga kami berikan perlakuan yang sama hanya saja menggunakan larutan yang berbeda yaitu NH3 dan NH4Cl. Tabung ke 5 berubah warna setelah tetesan ke delapan dan tabung 6 berubah setelah tetesan ke-12 sehingga kami simpulkan jika keduanya adalah larutan penyangga.

Bahan diskusi :
1.    Sistem yang dapat menjaga agar nilai pH suatu larutan relatif tetap disebut larutan penyangga atau buffer. Arti penyangga secara umum adalah menahan agar suatu kondisi tidak mengalami perubahan secara mencolok. Dari perccobaan tersebut, campuran manakah yang  berperan sebagai sistem penyangga?
Jawab :
          Campuran di dalam tabung nomor 3, 4, 5, dan 6 merupakan larutan penyangga. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya tetesan yang diperlukan keempat larutan ini lebih banyak daripada campuran dalam tabung 1 dan 2.
2.    Berdasarkan hasil pengamatan tersebut, larutan pada tabung nomor berapakah yang nilai pH nya sukar berubah? Larutan yang nilai pHnya sukar berubah merupakan larutan penyangga.
Jawab :
          Larutan pada tabung nomor 3, 4, 5, dan 6 merupakan larutan penyangga karena pH nya sukar berubah.
3.    Ion – ion manakah dalam larutan tersebut yang berfungsi sebagai penyangga? Jelaskan!
Jawab :
          Ion yang berfungsi sebagai larutan penyangga adalah CH3COO- pada tabung 3 dan 4 serta NH4+ pada tabung 5 dan 6.
VII.  Kesimpulan
Larutan penyangga adalah suatu sistem larutan yang dapat mempertahankan nilai pH larutan agar tidak terjadi perubahan pH yang berarti oleh karena penambahan asam atau basa maupun pengenceran.
Suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan penyangga jika dapat mempertahankan nilai pH suatu larutan. Hal ini ditandai dengan warna larutan yang sukar berubah setelah ditambahkan larutan lain (setelah ditetesi indikator universal).










Daftar Pustaka
Erlangga : Sudarmo, Unggul. 2013. Kimia 1 untuk SMA/MA Kelas X                        
Istana Media : Rahmawati, Kurnia Ayu. 2015. Rumus dan Materi SMA/MA Super Lengkap
Diakses pada Sabtu, 2 Desember 2017 pukul 8.35 dari https://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/hidrolisis-garam/
Diakses pada Sabtu, 2 Desember 2017 pukul 9.17 WIB dari http://www.studiobelajar.com/larutan-penyangga/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar