LAPORAN PRAKTIKUM
“Bab
5 Larutan Asam Basa”
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018

Disusun
oleh :
Widyani Putri
XI MIA E / 34
Kelompok 1
1.
Faizal
Rahmadi A (11)
2.
Farhana
Maulida H (12)
3.
Haris
Surya H (15)
4.
Nelatun
Inayah (24)
5.
Widyani
Putri (34)
PERCOBAAN
1
Memperkirakan
pH Larutan dengan Beberapa Indikator
I.
Tujuan
Memperkirakan pH larutan dengan berbagai
indikator dan menentukan pH larutan menggunakan pH meter dan indikator
universal.
II.
Dasar Teori
Derajat keasaman
atau sering disebut pH memiliki nilai dalam kisaran 1-14. Nilai pH 1-6.9
bersifat asam, 7 netral, dan 7.1-14 bersifat basa. Untuk
mengetahui pH dari suatu larutan, bisa digunakan indikator seperti kertas
lakmus, metil merah, metil jingga, bromtimol biru, dan fenolftalein. Indikator
adalah zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan asam atau basa.
Dengan menetahui trayek
perubahan warna indikator, kita dapat menentukan pH suatu larutan dengan cara
menguji larutan itu dengan indikator. Pada eksperimen ini akan dipergunakan
kertas lakmus dan beberapa indikator lain untuk memperkirakan pH suatu larutan
elektrolit yang tidak dikenal.
Berikut tabel berisi trayek perubahan
warna indikator :
Indikator
|
Perubahan
Warna
|
Trayek
pH
|
Metil jingga (MO)
|
Merah – kuning
|
3,1 – 4,4
|
Metil merah (MR)
|
Merah – kuning
|
4,2 – 6,2
|
Bromotimolbiru (BTB)
|
Kuning – biru
|
6,0 – 7,6
|
Fenolftalein (PP)
|
Tidak berwarna – merah ungu
|
8,0 - 10
|
III.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Plat
tetes
2. Gelas
kimia
3. Pipet
tetes
4. Kertas
lakmus
5. Indikator
universal
6. pH
meter
b. Bahan
1. Larutan
A, B, C, D, dan E
2. Indikator
MO, MR, BTB, dan PP
IV.
Cara Kerja
1. Memasukkan
sepotong kertas lakmus merah dan biru ke dalam plat tetes, kemudian tetesi
dengan larutan A. Mencatat warna yang dihasilkan.

2. Melakukan
prosedur 1 pada larutan B, C, D, dan E.

3. Memasukkan
larutan A ke dalam 4 lubang plat tetes, menambahkan 2 tetes larutan indikator
pada :
·
Lubang 1 dengan metil jingga (MO).

·
Lubang 2 dengan metil merah (MR).

·
Lubang 3 dengan bromotimolbiru (BTB).

·
Lubang 4 dengan fenolftalein (PP).

4. Mencatat
hasil pengamatan pada tabel pengamatan.

5. Melakukan
percobaan 3 – 4 untuk larutan yang lain.

Dari
kiri ke kanan : larutan A, B, C, D, E
6. Menyiapkan
20 ml larutan A, B, C, D, dan E dalam gelas kimia.
7. Mengukur
pH larutan menggunakan indikator universal dan pH meter.

V.
Hasil Pengamatan
1. Pengujian
larutan dengan kertas lakmus
No.
|
Larutan
|
Lakmus
|
||
Merah
|
Biru
|
|||
1.
|
A
|
Warna
indicator
|
merah
|
merah
|
Harga
pH
|
<
7 ( asam )
|
|||
2.
|
B
|
Warna
indicator
|
merah
|
merah
|
Harga
pH
|
<
7 ( asam )
|
|||
3.
|
C
|
Warna
indicator
|
biru
|
biru
|
Harga
pH
|
>
7 ( basa )
|
|||
4.
|
D
|
Warna
indicator
|
biru
|
biru
|
Harga
pH
|
>
7 ( basa )
|
|||
5.
|
E
|
Warna
indicator
|
merah
|
Biru
|
Harga
pH
|
7
( netral )
|
2. Pengujian
larutan dengan indikator lain.
No.
|
Larutan
|
MO
|
MR
|
BTB
|
PP
|
Perkiraan pH
|
|
1.
|
A
|
Warna indikator
|
Merah tua
|
Merah muda
|
Kuning
|
Merah muda
|
< 3,1
|
Harga pH
|
< 3,1
|
< 4,2
|
< 6,0
|
< 8,0
|
|||
2.
|
B
|
Warna indikator
|
Merah tua
|
Merah muda
|
Kuning
|
Merah muda
|
< 3,1
|
Harga pH
|
< 3,1
|
< 4,2
|
< 6,0
|
< 8,0
|
|||
3.
|
C
|
Warna indikator
|
Oranye
|
Kuning
|
Biru
|
Merah ungu
|
>10
|
Harga pH
|
> 4,4
|
> 6,2
|
> 7,6
|
> 10
|
|||
4.
|
D
|
Warna indikator
|
Oranye
|
Kuning
|
Biru
|
Merah muda
|
7,6 – 10
|
Harga pH
|
> 4,4
|
> 6,2
|
> 7,6
|
< 10
|
|||
5.
|
E
|
Warna indikator
|
Oranye
|
Kuning
|
Biru muda
|
Merah muda
|
6,2 – 7,6
|
Harga pH
|
> 4,4
|
> 6,2
|
< 7,6
|
< 10
|
3. Pengukuran
larutan dengan pH meter dan indikator universal.
No.
|
Larutan
|
pH
meter
|
Indikator
universal
|
|
1.
|
A
|
Harga
pH
|
4,3
|
2
|
2.
|
B
|
Harga
pH
|
5,2
|
3
|
3.
|
C
|
Harga
pH
|
8,9
|
11
|
4.
|
D
|
Harga
pH
|
8,1
|
8
|
5.
|
E
|
Harga
pH
|
6,8
|
7
|
VI.
Jawaban Pertanyaan
1. Berdasarkan hasil pengamatan perkirakanlah
harga pH larutan A, B, C, D, dan E !
Jawab ;
Lihat
perkiraan pH di tabel hasil pengamatan (kolom 7).
2. Berdasarkan
hasil pengamatan dengan kertas lakmus, indikator apa saja yang sebenarnya tidak
perlu untuk pemeriksaan lebih lanjut larutan A, B, C, D, dan E? Jelaskan!
Jawab ;

Fenolftalein, karena harga pH pada
indikator fenolftalein sudah termasuk basa, jadi tidak bisa dijadikan sebagai
acuan perkiraan harga pH larutan A yang merupakan asam setelah diperiksa dengan
lakmus.

Fenolftalein, karena harga pH pada
indikator fenolftalein sudah termasuk basa, jadi tidak bisa dijadikan sebagai
acuan perkiraan harga pH larutan B yang merupakan asam setelah diperiksa dengan
lakmus.

Metil Merah dan Metil
Jingga, karena harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga termasuk
asam, jadi tidak bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH larutan C yang
merupakan basa setelah diperiksa dengan lakmus.

Metil Merah dan Metil Jingga, karena
harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga termasuk asam, jadi tidak
bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH larutan C yang merupakan basa setelah
diperiksa dengan lakmus.

Metil Jingga dan Fenolftalein, karena
harga pH pada indikator Metil Jingga semuanya termasuk asam, sedangkan harga pH
pada Fenolftalein semuanya sudah termasuk basa. Jadi, tidak bisa dijadikan
sebagai acuan perkiraan harga pH larutan E yang merupakan garam atau netral
setelah diperiksa dengan kertas lakmus.
3. Cocokkan
hasil perkiraan Anda dengan hasil pengukuran menggunakan pH meter dan indikator
universal!
Jawab : Sehubungan
dengan pH meter yang kami gunakan sedikit bermasalah sehingga hasil pengamatan
menggunakan indikator universal dinilai lebih akurat.
VII.
Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji
dengan kertas lakmus. Larutan A menyebabkan kertas lakmus merah tetap berwarna
merah dan lakmus biru berubah warna menjadi merah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa larutan A bersifat asam.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH
larutan A digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol
biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.


Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji
dengan kertas lakmus. Larutan B menyebabkan kertas lakmus merah tetap berwarna
merah dan lakmus biru berubah warna menjadi merah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa larutan B bersifat asam.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH
larutan B digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol
biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.


Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan C
menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap
menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan C bersifat basa.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan C digunakan indikator seperti
metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh
hasil berikut.


Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan D
menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap
menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan D bersifat basa.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan D digunakan indikator seperti
metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh
hasil berikut.


Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan E
menyebabkan kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru tetap
berwarna biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan D bersifat netral. Untuk
mengetahui perkiraan harga pH larutan E digunakan indikator seperti metil
jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.
![]() |
VIII.
Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini, dapat
disimpulkan bahwa larutan A (pH = 2) dan B (pH = 3) bersifat asam, larutan C
(pH = 11) dan D (pH = 8) bersifat basa, serta larutan E bersifat netral (pH =
7).
PERCOBAAN
2
TITRASI
ASAM BASA
I.
Tujuan
Menentukan konsentrasi larutan HCl
dengan larutan NaOH melalui titrasi asam basa.
II.
Dasar Teori
Titrasi
merupakan salah satu aplikasi stoikiometri larutan. Pada umumnya digunakan
dalam penentuan konsentrasi asam atau basa (titrasi asam basa atau asidi
alkalimetri). Proses ini melibatkan larutan yang konsentrasinya telah diketahui
(titran), kemudian larutan ini dikeluarkan dari buret ke dalam larutan yang
akan ditentukan konsentrasinya sampai pada titik stoikiometri atau titik
ekivalen. Namun, pada prakteknya titik ekivalen ini tidak bisa diamati langsung
dari percobaan. Yang bisa diamati adalah titik dimana saat warna indikator
tepat berubah warna (titrasi dihentikan) yang disebut titik akhir titrasi.
Jika larutan asam ditetesi dengan
larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi
dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan
perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva
titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik
ekuivalen. Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan
untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen
4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa
lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan
disosiasi asam lebih besar dari 104 .pH berubah secara drastis bila volume
titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke
molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam
basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan
perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur.
Pada
titrasi dapat digunakan indikator fenoftalen (PP) dan metil orange (MO). Hal tersebut dilakukan karena jika
menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek
pHnya sangat jauh dari ekuivalen.
Pada
saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen
basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
Mol ekuivalen
asam = Mol ekuivalen basa
Mol-ekuivalen
diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka rumus
diatas dapat ditulis sebagai berikut:
Nasam
x Vasam = Nasam x Vbasa
Normalitas
diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+
pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas
menjadi:
(n
x Masam ) x Vasam = (n x Mbasa) x Vbasa
Keterangan :
N = Normalitas
V
= Volume
M = Molaritas
n = Jumlah ion H+
(pada asam) atau OH- (pada basa).
III.
Alat dan Bahan
a. Alat
1. Buret
2. Corong
3. Erlenmeyer
4. Statif
dan klem
5. Gelas
ukur
6. Pipet
tetes
b. Bahan
1. Larutan
HCl dengan konsentrasi yang belum diketahui
2. Larutan
Fenolftalein (PP)
3. Larutan
NaOH 0,1 M
4. Aquades
IV.
Cara Kerja
1. Mengisi
buret dengan larutan NaOH 0,1 M dan mencatat hasil pembacaan buret.
2. Memasukkan
10 mL larutan HCl ke dalam Erlenmeyer.
3. Menambahkan
2 tetes larutan fenolftalein.
4. Melakukan
titrasi dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret ke dalam labu Erlenmeyer
sambil diguncangkan. Penetesan larutan NaOH dihentikan jika larutan dalam
Erlenmeyer menjadi merah muda dan warna itu tidak menghilang jika Erlenmeyer
diguncangkan.
5. Mencatat
volume NaOH yang digunakan.
6. Mengulangi
percobaan 2 – 3 kali agar hasilnya lebih akurat.
V.
Hasil Pengamatan
Pembacaan
buret berisi larutan NaOH :
No.
|
Volume HCl
|
NaOH
yang digunakan
|
1.
|
10 mL
|
9
mL
|
2.
|
10 mL
|
9
mL
|
3.
|
10 mL
|
10
mL
|
Perhitungan :
VHCl
x MHCl = VNaOH x MNaOH
Volume rata – rata NaOH
yang digunakan : 9,33 mL
Volume HCl yang
digunakan : 10 mL
Pertanyaan :
1. Tuliskan
persamaan reaksi dari percobaan di atas !
2. Berapa
konsentrasi larutan HCl tersebut ?
3. Faktor
– faktor apa saja yang bisa menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi?
4. Apa
kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan ?
VI.
Pembahasan
v
Persamaan reaksi percobaan di atas
HCl + NaOH à NaCl + H2O
v
Konsentrasi larutan HCl (M2)
V1.M1 = V2.M2
9,33. 0,1= 10.M2
0,993 = 10. M2
M2 = 0,0993 M
Jadi
konsentrasi larutan HCl adalah 0,0993 M
v
Faktor – faktor penyebab kesalahan pada
percobaan titrasi
1.
Kesalahan penglihatan pada saat
pengukuran buret
2.
Kebocoran buret
3.
Kesalahan mengamati perubahan warna
v
Kesimpulan
Perhitungan
pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan mencari volume rata-rata
dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan kadar atau konsentrasi HCL.
Daftar Pustaka
Diakses pada Kamis, 16 November 2017 pukul
19.03 WIB dari http://yaniksastra.blogspot.co.id/2016/02/laporan-ujian-praktik-kimia.html
Diakses pada Kamis, 16 November 2017 pukul
19.27 WIB dari http://muhammadinggitfauzi.blogspot.co.id/2015/10/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html
Diakses pada Kamis, 16 November 2017 pukul
19.48 WIB dari http://muhammadinggitfauzi.blogspot.co.id/2015/10/laporan-praktikum-kimia-titrasi-asam.html
Sudarmo, Unggul. 2004. KIMIA
untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Surabaya:
Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar