Minggu, 03 Desember 2017

Laporan Praktikum Larutan Asam Basa, ...... pict bisa e mail ^-^



LAPORAN PRAKTIKUM
“Bab 5 Larutan Asam Basa”
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Description: D:\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20170124-WA0012.jpg

Disusun oleh :
Widyani Putri
XI MIA E / 34
          Kelompok 1           
1.    Faizal Rahmadi A        (11)
2.    Farhana Maulida H      (12)
3.    Haris Surya H              (15)
4.    Nelatun Inayah            (24)
5.    Widyani Putri              (34)


PERCOBAAN 1
Memperkirakan pH Larutan dengan Beberapa Indikator
                 I.            Tujuan
Memperkirakan pH larutan dengan berbagai indikator dan menentukan pH larutan menggunakan pH meter dan indikator universal.
             II.            Dasar Teori
Derajat keasaman atau sering disebut pH memiliki nilai dalam kisaran 1-14. Nilai pH 1-6.9 bersifat asam, 7 netral, dan 7.1-14 bersifat basa. Untuk mengetahui pH dari suatu larutan, bisa digunakan indikator seperti kertas lakmus, metil merah, metil jingga, bromtimol biru, dan fenolftalein. Indikator adalah zat yang mengalami perubahan warna karena keberadaan asam atau basa.
Dengan menetahui trayek perubahan warna indikator, kita dapat menentukan pH suatu larutan dengan cara menguji larutan itu dengan indikator. Pada eksperimen ini akan dipergunakan kertas lakmus dan beberapa indikator lain untuk memperkirakan pH suatu larutan elektrolit yang tidak dikenal.
Berikut tabel berisi trayek perubahan warna indikator :
Indikator
Perubahan Warna
Trayek pH
Metil jingga (MO)
Merah – kuning
3,1 – 4,4
Metil merah (MR)
Merah – kuning
4,2 – 6,2
Bromotimolbiru (BTB)
Kuning – biru
6,0 – 7,6
Fenolftalein (PP)
Tidak berwarna – merah ungu
8,0 - 10

         III.            Alat dan Bahan
a.     Alat
1.    Plat tetes
2.    Gelas kimia
3.    Pipet tetes
4.    Kertas lakmus
5.    Indikator universal
6.    pH meter
b.    Bahan
1.    Larutan A, B, C, D, dan E
2.    Indikator MO, MR, BTB, dan PP

         IV.            Cara Kerja
1.     Memasukkan sepotong kertas lakmus merah dan biru ke dalam plat tetes, kemudian tetesi dengan larutan A. Mencatat warna yang dihasilkan.
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0010.jpg
2.     Melakukan prosedur 1 pada larutan B, C, D, dan E.
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0001.jpg
3.     Memasukkan larutan A ke dalam 4 lubang plat tetes, menambahkan 2 tetes larutan indikator pada :
·        Lubang 1 dengan metil jingga (MO).
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0005.jpg
·        Lubang 2 dengan metil merah (MR).
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0015.jpg
·        Lubang 3 dengan bromotimolbiru (BTB).
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0017.jpg





·        Lubang 4 dengan fenolftalein (PP).
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0014.jpg
4.     Mencatat hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
Description: C:\Users\zcom\Pictures\IMG_20171017_152214.jpg
5.     Melakukan percobaan 3 – 4 untuk larutan yang lain.
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0013.jpg
Dari kiri ke kanan : larutan A, B, C, D, E                 
6.     Menyiapkan 20 ml larutan A, B, C, D, dan E dalam gelas kimia.
7.     Mengukur pH larutan menggunakan indikator universal dan pH meter.
Description: E:\vivo Y15\WhatsApp\Media\WhatsApp Images\IMG-20171111-WA0011.jpg

             V.            Hasil Pengamatan
1.    Pengujian larutan dengan kertas lakmus
No.
Larutan
Lakmus
Merah
Biru
1.
A
Warna indicator
merah
merah
Harga pH
< 7 ( asam )
2.
B
Warna indicator
merah
merah
Harga pH
< 7 ( asam )
3.
C
Warna indicator
biru
biru
Harga pH
> 7 ( basa )
4.
D
Warna indicator
biru
biru
Harga pH
> 7 ( basa )
5.
E
Warna indicator
merah
Biru
Harga pH
7 ( netral )

2.    Pengujian larutan dengan indikator lain.

No.
Larutan
MO
MR
BTB
PP
Perkiraan pH
1.
A
Warna indikator
Merah tua
Merah muda
Kuning
Merah muda
< 3,1
Harga pH
< 3,1
< 4,2
< 6,0
< 8,0
2.
B
Warna indikator
Merah tua
Merah muda
Kuning
Merah muda
< 3,1
Harga pH
< 3,1
< 4,2
< 6,0
< 8,0
3.
C
Warna indikator
Oranye
Kuning
Biru
Merah ungu
>10
Harga pH
> 4,4
> 6,2
> 7,6
> 10
4.
D
Warna indikator
Oranye
Kuning
Biru
Merah muda
7,6 – 10

Harga pH
> 4,4
> 6,2
> 7,6
< 10
5.
E
Warna indikator
Oranye
Kuning
Biru muda
Merah muda
6,2 – 7,6
Harga pH
> 4,4
> 6,2
< 7,6
< 10

3.    Pengukuran larutan dengan pH meter dan indikator universal.
No.
Larutan
pH meter
Indikator universal
1.
A
Harga pH
4,3
2
2.
B
Harga pH
5,2
3
3.
C
Harga pH
8,9
11
4.
D
Harga pH
8,1
8
5.
E
Harga pH
6,8
7

                                                                                                  
         VI.            Jawaban Pertanyaan
1.       Berdasarkan hasil pengamatan perkirakanlah harga pH larutan A, B, C, D, dan E !
Jawab ;
Lihat perkiraan pH di tabel hasil pengamatan (kolom 7).

2.     Berdasarkan hasil pengamatan dengan kertas lakmus, indikator apa saja yang sebenarnya tidak perlu untuk pemeriksaan lebih lanjut larutan A, B, C, D, dan E? Jelaskan!
Jawab ;
*    LARUTAN A 
Fenolftalein, karena harga pH pada indikator fenolftalein sudah termasuk basa, jadi tidak bisa dijadikan sebagai acuan perkiraan harga pH larutan A yang merupakan asam setelah diperiksa dengan lakmus.
*    LARUTAN B 
Fenolftalein, karena harga pH pada indikator fenolftalein sudah termasuk basa, jadi tidak bisa dijadikan sebagai acuan perkiraan harga pH larutan B yang merupakan asam setelah diperiksa dengan lakmus.
*    LARUTAN C 
 Metil Merah dan Metil Jingga, karena harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga termasuk asam, jadi tidak bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH larutan C yang merupakan basa setelah diperiksa dengan lakmus.
*    LARUTAN D
Metil Merah dan Metil Jingga, karena harga pH pada indikator Metil Merah dan Metil Jingga termasuk asam, jadi tidak bisa dijadikan acuan perkiraan harga pH larutan C yang merupakan basa setelah diperiksa dengan lakmus.
*    LARUTAN E
Metil Jingga dan Fenolftalein, karena harga pH pada indikator Metil Jingga semuanya termasuk asam, sedangkan harga pH pada Fenolftalein semuanya sudah termasuk basa. Jadi, tidak bisa dijadikan sebagai acuan perkiraan harga pH larutan E yang merupakan garam atau netral setelah diperiksa dengan kertas lakmus.

3.     Cocokkan hasil perkiraan Anda dengan hasil pengukuran menggunakan pH meter dan indikator universal!
Jawab : Sehubungan dengan pH meter yang kami gunakan sedikit bermasalah sehingga hasil pengamatan menggunakan indikator universal dinilai lebih akurat.
     VII.            Pembahasan
*    Larutan A
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan A menyebabkan kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru berubah warna menjadi merah. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan A bersifat asam.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan A digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.
Description: WhatsApp Image 2017-11-15 at 17
*   Larutan B
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan B menyebabkan kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru berubah warna menjadi merah. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan B bersifat asam.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan B digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.
Description: WhatsApp Image 2017-11-15 at 17
*   Larutan C
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan C menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan C bersifat basa.
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan C digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.

Description: WhatsApp Image 2017-11-15 at 17






*   Larutan D
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan D menyebabkan kertas lakmus merah berubah menjadi biru dan lakmus biru tetap menjadi biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan D bersifat basa.        
Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan D digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.

Description: WhatsApp Image 2017-11-15 at 17

*   Larutan E
Berdasarkan hasil praktikum, saat diuji dengan kertas lakmus. Larutan E menyebabkan kertas lakmus merah tetap berwarna merah dan lakmus biru tetap berwarna biru. Sehingga dapat dikatakan bahwa larutan D bersifat netral. Untuk mengetahui perkiraan harga pH larutan E digunakan indikator seperti metil jingga, metil merah, bromtimol biru, dan fenolftalein sehingga diperoleh hasil berikut.


Description: WhatsApp Image 2017-11-15 at 17
 









 VIII.            Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan ini, dapat disimpulkan bahwa larutan A (pH = 2) dan B (pH = 3) bersifat asam, larutan C (pH = 11) dan D (pH = 8) bersifat basa, serta larutan E bersifat netral (pH = 7).

PERCOBAAN 2
TITRASI ASAM BASA
I.                  Tujuan
Menentukan konsentrasi larutan HCl dengan larutan NaOH melalui titrasi asam basa.
II.               Dasar Teori
Titrasi merupakan salah satu aplikasi stoikiometri larutan. Pada umumnya digunakan dalam penentuan konsentrasi asam atau basa (titrasi asam basa atau asidi alkalimetri). Proses ini melibatkan larutan yang konsentrasinya telah diketahui (titran), kemudian larutan ini dikeluarkan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai pada titik stoikiometri atau titik ekivalen. Namun, pada prakteknya titik ekivalen ini tidak bisa diamati langsung dari percobaan. Yang bisa diamati adalah titik dimana saat warna indikator tepat berubah warna (titrasi dihentikan) yang disebut titik akhir titrasi.
Jika larutan asam ditetesi dengan larutan basa maka pH larutan akan naik, sebaliknya jika larutan basa ditetesi dengan larutan asam maka pH larutan akan turun. Grafik yang menyatakan perubahan pH pada penetesan asam dengan basa atau sebaliknya disebut kurva titrasi. Kurva titrasi berbetuk S, yang pada ttik tengahnya merupakan titik ekuivalen. Titrasi asam basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bil pH pada titik ekuivalen 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titirasi asam atau basa lemah, jika penitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10­4 .pH berubah secara drastis bila volume titrannya. Pada reaksi asam basa, proton ditransfer dari satu molekul ke molekul lain. Dalam air proton biasanya tersolvasi sebagai H30. Reaksi asam basa bersifat reversibel. Temperatur mempengaruhi titrasi asam basa, pH dan perubahan warna indikator tergantung secara tidak langsung pada temperatur.
Pada titrasi dapat digunakan indikator fenoftalen (PP) dan metil orange (MO).  Hal tersebut dilakukan karena jika menggunakan indikator yang lain, misalnya TB, MG atau yang lain, maka trayek pHnya sangat jauh dari ekuivalen.
Pada saat titik ekuivalen maka mol-ekuivalen asam akan sama dengan mol-ekuivalen basa, maka hal ini dapat ditulis sebagai berikut (Esdi, 2011)
Mol ekuivalen asam = Mol ekuivalen basa
Mol-ekuivalen diperoleh dari hasil perkalian antara normalitas (N) dengan volume, maka rumus diatas dapat ditulis sebagai berikut:
Nasam x Vasam = Nasam x Vbasa
Normalitas diperoleh dari hasil perkalian antara molaritas (M) dengan jumlah ion H+ pada asam atau jumlah ion OH- pada basa, sehingga rumus diatas menjadi:
                      (n x Masam ) x Vasam = (n x Mbasa) x Vbasa
Keterangan :
N = Normalitas
V = Volume        
M = Molaritas
n = Jumlah ion H+ (pada asam) atau OH- (pada basa).

III.           Alat dan Bahan
a.     Alat
1.      Buret
2.      Corong
3.      Erlenmeyer
4.      Statif dan klem
5.      Gelas ukur
6.      Pipet tetes
b.    Bahan
1.     Larutan HCl dengan konsentrasi yang belum diketahui
2.     Larutan Fenolftalein (PP)
3.     Larutan NaOH 0,1 M
4.     Aquades
IV.           Cara Kerja
1.     Mengisi buret dengan larutan NaOH 0,1 M dan mencatat hasil pembacaan buret.
2.     Memasukkan 10 mL larutan HCl ke dalam Erlenmeyer.
3.     Menambahkan 2 tetes larutan fenolftalein.
4.     Melakukan titrasi dengan cara meneteskan larutan NaOH dari buret ke dalam labu Erlenmeyer sambil diguncangkan. Penetesan larutan NaOH dihentikan jika larutan dalam Erlenmeyer menjadi merah muda dan warna itu tidak menghilang jika Erlenmeyer diguncangkan.
5.     Mencatat volume NaOH yang digunakan.
6.     Mengulangi percobaan 2 – 3 kali agar hasilnya lebih akurat.
V.              Hasil Pengamatan
Pembacaan buret berisi larutan NaOH :
No.
Volume HCl
NaOH yang digunakan
1.
10 mL
9 mL
2.
10 mL
9 mL
3.
10 mL
10 mL
Perhitungan :
VHCl x MHCl = VNaOH x MNaOH
Volume rata – rata NaOH yang digunakan    : 9,33 mL
Volume HCl yang digunakan                         : 10  mL

Pertanyaan :
1.     Tuliskan persamaan reaksi dari percobaan di atas !
2.     Berapa konsentrasi larutan HCl tersebut ?
3.     Faktor – faktor apa saja yang bisa menyebabkan kesalahan pada percobaan titrasi?
4.     Apa kesimpulan dari percobaan yang telah dilakukan ?
VI.           Pembahasan
v  Persamaan reaksi percobaan di atas

HCl + NaOH à    NaCl + H2O

v  Konsentrasi larutan HCl (M2)

V1.M1 = V2.M2
9,33. 0,1= 10.M2
0,993     = 10. M2
M2        = 0,0993 M
Jadi konsentrasi larutan HCl adalah 0,0993 M

v  Faktor – faktor penyebab kesalahan pada percobaan titrasi
1.       Kesalahan penglihatan pada saat pengukuran buret
2.       Kebocoran buret
3.       Kesalahan mengamati perubahan warna

v  Kesimpulan
Perhitungan pH dalam melakukan praktikum dapat ditentukan dengan mencari volume rata-rata dari larutan NaOH yang digunakan untuk menaikkan kadar atau konsentrasi HCL.










Daftar Pustaka
Diakses pada Kamis, 16 November 2017 pukul 19.03 WIB dari http://yaniksastra.blogspot.co.id/2016/02/laporan-ujian-praktik-kimia.html
Sudarmo, Unggul. 2004. KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI Kelompok Peminatan Matematika dan Ilmu Alam. Surabaya: Erlangga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar